Minggu, 26 Maret 2017



 
LAPORAN PRAKTIKUM
MORFOLOGI TUMBUHAN
 “STRUKTUR MORFOLOGI AKAR”
 





                                                                                 
Oleh :
Nama                      : Fersty Isna Kusumawardani
NIM                        : 160210103009
Program Studi         : Pendidikan Biologi
Kelompok               : 4


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016


I.         JUDUL
Struktur Morfologi Akar

II.      TUJUAN
2.1    Kegiatan 1
Mempelajari sistem akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.
2.2    Kegiatan 2
Mempelajari berbagai struktur akar yang telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
2.3    Kegiatan 3
Mempelajari perkembangan sistem akar tunggang pda tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.

III.   TINJAUAN PUSTAKA
Akar adalah bagian pokok yang nomer tiga (di samping batang dan daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar biasanya mempunyai sifat-sifat berikut:
a.    merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
b.    tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya.
c.    warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
d.   tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah jika disbanding dengan batang.
e.    bentuknya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah (Gembong, 2009:91).
Sebagai organ tumbuhan, radix (akar) mempunyai beberapa fungsi pokok sebagai berikut:
a.    melakukan atau memungkinkan berlangsungnya pengisapan air dan zat cair yang bermuatan garam (larutan-larutan garam tanah);
b.    melakukan atau memungkinkan berlangsungnya pengisapan zat-zat hara tanaman, untuk selanjutnya disebarkan melalui saluran-saluran batang ke organ-organ lainnya.
c.    meneguhkan kedudukan tumbuhan sehingga pertumbuhannya kuat tidak tergoyahkan atau roboh.
Perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa bagi akar metamorf fungsi-fungsi diatas sebagian atau seluruhnya tidak berlaku, karena akar metamorf umumnya melangsungkan beberapa fungsi demikian:
a.    sebagai akar asimilasi, yaitu membantu asimilasi C.
b.    sebagai akar napas (Pneumatophorus), jadi sangat membantu respirasi.
c.    Sebagai akar adligans, sehubungan dengan fungsinya membantu pelekatan tumbuhan pada tumbuhan inang, baik bagi persandarannya maupun panjatannya.
d.   Sebagai akar tuber (ubi), sehubungan dengan fungsinya sebagai tempat penyimpanan atau penimbunan zat makanan persediaan
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1989:59-60).
Secara morfologi, struktur akar terdiri dari leher akar, batang akar dan ujung akar. Leher akar yang dikenal dengan nama ilmiahnya (collum) merupakan pangkal tubuhnya akar yang dekat dengan permukaan tanah dan tersambung langsung dengan pangkal batang. Batang akar (corpus radicis), merupakan bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar. Dari batang akar akan berkembang cabang-cabang akar yang disebut radix lateralis. Setiap cabang akar memiliki serabut akar yang disebut fibrilla radicalis. Serabut akar merupakan cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut (Rosanti, 2013:8-9).
Serabut akar berkembang menjadi bagian-bagian yang berbentuk seperti bulu dan rambut yang sering disebut rambut-rambut atau bulu-bulu akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sesungguhnya merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang panjang. Rambut-rambut akar berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan air dan unsur hara, sehingga air dan unsur hara yang dapat dihisap banyak. Pada setiap struktur akar terdapat ujung akar (apex radicis), yaitu bagian akar yang paling muda, tersusun dari jaringan-jaringan yang masih dapat mengadakan pertumbuhan. Dan bagian akar yang letaknya paling ujung, terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah adalah tudung akar (calyptra) (Rosanti, 2013:9).
Sewaktu tumbuhan masih kecil, yaitu dalam bentuk lembaga di dalam biji, calon akar itu sudah ada dan disebut akar lembaga (radicula). Pada perkembangan lanjutannya kalau biji mulai berkecambah sampai menjadi tumbuhan dewasa, akar lembaga akan memperlihatkan perkembangan yang berbeda hingga pada tumbuhan lazimnya dibedakan dua macam sistem perakaran: sistem akar tunggang dan sistem akar serabut (Gembong, 2009:92-93).
Sistem perakaran pada rumput-rumputan dan monokotil lain disebut sistem akar serabut. Setiap akar pada sistem akar serabut mempunyai ukuran yang hampir sama. Lain halnya pada tumbuhan dikotil. Tumbuhan dikotil mempunyai akar utama yang bercabang; dan akar cabang ini dapat bercabang lagi. Sistem perakaran seperti ini disebut sistem akar tunggang (Mulyani, 2006:18). Akar, tunas, dan daun semua mengandung tiga jenis dasar jaringan: dermal, tanah, dan jaringan pembuluh darah. Karena masing-masing jaringan ini memperpanjang melalui akar dan menembak sistem, mereka disebut sistem jaringan (Mason et al., 2011:730).
Benih yang lebih cepat berkecambah memperoleh energi untuk tumbuh lebih banyak yaitu energi yang berasal dari dalam benih itu sendiri (cadangan makanan) dan energi yang diperoleh benih yang berasal dari penyerapan hara dan air oleh akar yang terbentuk saat benih berkecambah. Sedangkan benih yang lebih lama berkecambah (di saat cadangan makanan dalam benih itu sudah akan habis) menyebabkan benih akan berkecambah dan tumbuh dengan menggunakan energi yang diperoleh dari lingkungannya. Hal ini mengakibatkan benih yang lebih lama berkecambah akan mengarahkan pertumbuhannya untuk perpanjangan akar yang dalam hal ini akar berfungsi untuk memperoleh air dan hara lebih banyak yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan benih menjadi bibit (Mistian,dkk., 2012).
Berhubungan dengan cara-cara hidupyang harus disesuaikan dengan keadaan-keadaan tertentu. Pada berbagai jenis tumbuhan kita dapati akar-akar yang mempunyai sifat dan tugas khusus, misalnya:
a.    akar udara atau akar gantung (radix aereus). Akar ini keluar dari bagian-bagian diatas tanah, menggantung di udara dan tumbuh kearah tanah (Gembong, 2009:96). Pohon beringin tumbuh dengan akar gantung yang berkembang semakin membesar dan kadang menyatu dengan batang utamanya, sehingga batang pohon beringin berbentuk tidak beraturan dan kayunya kurang dimanfaatkan secara optimal (Krisdianto, 2016).
b.    akar penggerek atau akar penghisap (haustorium), yaitu akar-akar yang terdapat pada tumbuhan  yang hidup sebagai parasite dan berguna untuk menyerap air maupun zat makanan dari inangnya seperti kita dapatin pada benalu (Loranthus sp.) yang berupa akar penggerek yang menembus kulit batang inangnya sampai kebagian kayu (Gembong, 2009:96).
c.    akar pelekat (radix adligans), merupakan akar yang keluar dari buku-buku batang tumbuhan memanjat. Akar pelekat berfungsi untuk menempel pada penunjangnya saja, misalnya pada lada (Piper nigrum), sirih (Piper betle), dan arisema (Arisaema sp.) (Rosanti, 2013:13).
d.   akar pembelit (Cirrhus radicalis), akar pembelit berfungsi untuk memanjat, tetapi tanpa memeluk penunjangnya. Contoh akar pembelit dapat ditemukan pada tumbuhan panili (Vanilla planifolia) (Rosanti, 2013:13).
e.    akar tunjang, yaitu akar-akar tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seakan-akan menunjang batang ini jangan sampai rebah (Gembong, 2009:98).
f.     akar lutut, yaitu akar tumbuhan atau lebih tepat jika dikatakan bagian akar yang tumbuh keatas kemudian membengkok lagi masuk kedalam tanah, sehingga membentuk gambaran seperti lutut yang dibengkokkan (Gembong, 2009:98).
g.    akar banir, yaitu akar berbentuk seperti papan-papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh berdirinya batang pohon yang tinggi besar, misalnya pada: sukun (Artocarpus communis G. Forst), kenari (Canarium commune L.) (Gembong, 2009:98).

IV.        METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1         Alat dan Bahan
4.1.1   Alat
4.1.1.1 Kegiatan 1
a.    Akar tumbuhan padi (Oryza sativa)
b.    Akar tumbuhan jagung (Zea mays)
c.    Akar tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus)
d.   Akar tumbuhan pepaya (Carica papaya)
4.1.1.2  Kegiatan 2
a.    Akar tumbuhan wortel (Daucus carota)
b.    Akar tumbuhan bengkuang (Pachirryzhus erosus)
c.    Akar tumbuhan sirih (Piper betle)
d.   Akar tumbuhan panili (Vanilla planifolia)
e.    Akar tumbuhan benalu (Loranthus sp.)
f.     Akar tumbuhan umbi akar ketela pohon (Manihot utilisima)
g.    Akar tumbuhan beringin (Ficus benjamina)
h.    Akar tumbuhan anggrek (Dendrobium sp.)
4.1.1.3       Kegiatan 3
a.    Biji tumbuhan padi (Oryza sativa)
b.    Biji tumbuhan jagung (Zea mays)
c.    Biji tumbuhan kacang merah (Vigna angularis)
d.   Biji tumbuhan kacang hijau (Phaseolus vulgaris)
e.    Biji tumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea)

4.1.2   Bahan
a.    Alat tulis
b.    Penggaris
c.    Kapas
d.   Gelas plastik air mineral

4.2         Skema kerja
4.2.1   Kegiatan 1
Mengamati akar tumbuhan yang telah dibawa.
Menggambar dan memberi keterangan bagian-bagian tumbuhan yang diamati.
 
4.2.2   Kegiatan 2
Menuliskan nama modifikasi akar yang telah digambar.
Mengamati akar tumbuhan yang telah dibawa.
Menggambar dan memberi keterangan bagian-bagian tumbuhan yang diamati.
 
4.2.3   Kegiatan 3
Merendam biji-biji tumbuhan selama 24 jam, sebelum dikecambahkan.
Menyiapakan gelas plastik air mineral yang telah diisi kapas basah.
Mengamati perkecambahan setelah 2,4, dan 6 hari
Membiarkan biji tersebut untuk berkecambah.
Menggambar perkembangan perkecambahan dan memberi keterangan bagian-bagiannya.
 
V.           HASIL PENGAMATAN
(Bisa dilihat dalam Lembar Kerja Mahasiswa halaman 3-10)

VI.        PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami membahas mengenai struktur morfologi akar. Akar merupakan organ pokok selain batang dan daun pada tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Adapun bagian-bagian akar meliputi leher akar atau pangkal akar (collum) yang merupakan bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang. Selain pangkal, ada juga ujung akar (apex radicis) merupakan bagian akar yang paling muda yang terdiri dari jaringan-jaringan yang masih dapat terus bertumbuh. Bagian akar yang berada diantara pangkal akar dan ujung akar disebut batang akar (corpus radicis). Bagian-bagian akar yang tidak l angsung bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari akar pokok dan masing-masing dapat mengadakan percabangan lagi disebut cabang-cabang akar (radix lateralis).
Pada cabang akar terdapat cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut yang disebut serabut akar (fibrilla radicalis). Selain serabut akar, ada bagian lain yang juga berbentuk seperti bulu/rambut tetapi bersifat sementara dan hanya dapat dijumpai pada ujung akar dan biasa disebut rambut-rambut akar (pilus radicalis). Pada bagian akar yang paling ujung terdiri atas jaringan-jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan biasa disebut tudung akar (calyptra). Tudung akar ini memiliki bagian pinggir yang selalu aus dan dari dalam bagian yang aus itu diganti pula dengan yang baru.
Sifat-sifat akar yang membedakannya dengan bagian tumbuhan yang lain antara lain akar biasanya terdapat didalam tanah dengan arah tumbuh menuju pusat bumi (geotrop) dan menuju ke air (hidrotrop) serta meninggalkan udara dan cahaya. Akar tidak memiliki buku-buku, tidak berwarna hijau dan biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan. Pada ujungnya terus tumbuh dan bentuknya seringkali meruncing untuk mempermudah menembus tanah. Dilihat dari sifat-sifatnya, akar memiliki fungsi-fungsi penting dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan. Akar berfungsi memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerah air dan zat-zat makanan dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan tersebut ke bagian-bagian tubuh tumbuhan yang memerlukan, serta kadang-kadang akar berfungsi sebagai tempat penyimpanan/penimbunan makanan.
Dilihat dari strukturnya, akar-akar yang dimiliki tumbuhan dikotil dengan monokotil berbeda. Pada praktikum pertama (kegiatan 1) kami membawa akar tumbuhan padi (Oryza sativa) dan akar tumbuhan jagung (Zea mays) sebagai perwakilan dari tumbuhan monokotil serta membawa akar tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus) dan akar tumbuhan pepaya (Carica papaya) sebagai perwakilan dari tumbuhan dikotil. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada tumbuhan monokotil (padi dan jagung) memiliki bagian-bagian akar yang meliputi pangkal akar, serabut akar, rambut akar, dan ujung akar. Pada ujung akar tidak terdapat tudung akar karena tudung akar akan aus/hilang ketika akarnya di cabut dari tanah. Akar pada tumbuhan pagi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays) termasuk kedalam akar serabut karena tidak memiliki akar pokok melainkan memiliki akar-akar yang berukuran hampir sama dan keluar dari pangkal batang.
Pada tumbuhan dikotil (bayam duri dan pepaya) memiliki bagian-bagian akar yang meliputi pangkal akar, batang akar, ujung akar, cabang akar, serabut akar, rambut akar dan ujung akar. Oleh karena itu, akar pada tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus) dan pepaya (Carica papaya) termasuk kedalam jenis akar tunggang karena memiliki akar pokok dan pada akar pokok tersebut mengadakan percabangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tumbuhan dikotil jenis perakarannya adalah jenis akar tunggang dan tumbuhan monokotil jenis perakarannya adalah jenis akar serabut. Pada akar tumbuhan monokotil tidak memiliki akar pokok, sedangkan pada akar tumbuhan dikotil terdapat akar pokok dan pada akar pokok tersebut mengadakan percabangan. Selain itu, pada akar tumbuhan monokotil sedikit sekali mengalami percabangan.
Masih dilihat dari strukturnya, akar juga mengalami modifikasi karena mempunyai tugas khusus. Untuk mempelajari macam-macam modifikasi akar, kami melakukan praktikum yang kedua (kegiatan 2). Bahan yang kami bawa antara lain akar tumbuhan wortel (Daucus carota), akar tumbuhan bengkuang (Pachirryzhus erosus), akar tumbuhan sirih (Piper betle), akar tumbuhan panili (Vanilla planifolia), akar tumbuhan benalu (Loranthus sp.), akar tumbuhan umbi akar ketela pohon (Manihot utilisima), akar tumbuhan beringin (Ficus benjamina), dan akar tumbuhan anggrek (Dendrobium sp.).
Dari hasil pengamatan pada kegiatan 2 ini dapat diketahui bahwa pada akar tumbuhan wortel (Daucus carota) terdapat bagian-bagian yang meliputi akar pokok dan serabut akar sebagai percabanganmnya. Bagian akar pokoknya merupakan modifikasi dari pangkal akar yang membesar dan meruncing pada ujungnya. Menurut Gembong (2009:93), pangkal akar yang membesar, meruncing pada ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan, biasanya menjadi tempat penimbunan makanan, berdasarkan bentuknya akar ini dinamakan pula akar tombak atau akar pena.
Pada akar tumbuhan bengkuang (Pachirryzhus erosus) memiliki bagian yang sama dengan wortel yaitu memiliki akar pokok dan serabut akar pada ujungnya. Bagian akar pokoknya merupakan modifikasi dari pangkal akar yang besar membulat dan pada ujungnya sempit meruncing. Menurut Gembong (2009:93), pangkal akar yang besar membulat, akar-akar serabut sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit meruncing, seperti terdapat pada bangkuwang (Pachirryzhus erosus Urb.) dan biet (Beta vulgaris L.). Menurut bentuknya dinamakan akar gasing.
Pada akar tumbuhan sirih (Piper betle), akar-akarnya keluar dari buku-buku batangnya dan digunakan untuk menempel pada penunjangnya. Menurut Gembong (2009:96), akar pelekat (radic adligans), akar-akar yang keluar dari buku-buku batang tumbuhan memanjat dan berguna untuk menempel pada penunjangnya saja, misalnya pada lada (Piper nigrum L.) dan sirih (Ppier betle). Jadi, akar tumbuhan sirih termasuk dalam modifikasi akar yaitu akar pelekat.
Pada akar tumbuhan panili (Vanilla planifolia) memiliki akar yang keluar dari buku-buku batangnya tetapi bukan untuk menempel tetapi untuk membelit penunjangnya. Menurut Gembong (2009:96), akar pembelit (cirrhus radicalis) juga untuk memanjat, tetapi dengan memeluk penunjangnya, misalnya panili (Vanilla planifolia). Jadi, akar tumbuhan panili termasuk dalam modifikasi akar yaitu akar pembelit.
Pada akar tumbuhan benalu (Loranthus sp.) merupakan yang menempel pada tumbuhan lain dan menyerap nutrisi dari tumbuhan yang ditumbpanginya tersebut. Menurut Gembong (2009:96), akar penggerek atau penghisap (haustorium), yaitu akar-akar yang terdapat pada tumbuhan yang hidup sebagai parasit dan berguna untuk menyerap air maupun zat makanan dari inangnya seperti kita dapati pada benalu (Loranthus sp.), yang berupa akar penggerek yang menembus kulit batang inangnya sampai ke bagian kayu. Jadi, akar tumbuhan benalu termasuk dalam modifikasi akar yaitu akar penggerek.
Pada akar tumbuhan umbi akar ketela pohon (Manihot utilisima) terlihat bagian-bagian yang meliputi pangkal batang, umbi akar serabut, dan serabut akar. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa akar tumbuhan umbi akar ketela pohon (Manihot utilisima) merupakan modifikasi dari yaitu akar serabut. Hal ini dikarenakan umbi akar ketela pohon ini adalah penjelmaan dari akar serabut yang fungsi khususnya menyimpan cadangan makanan.
Pada akar tumbuhan beringin (Ficus benjamina), akar-akarnya keluar dari bagian-bagian tubuhnya ynag diatas tanah sehingga keadaanya menggantung. Akar-akar gantung ini, selama menggantung hanya dapat membantu menyerah air dan gas dari udara dan seringkali mempunyai jaringan khusus untuk menimbun air/udara yang disebut velamen. Oleh karena itu, akar tumbuhan beringin (Ficus benjamina) termasuk kedalam modifikasi akar yaitu akar udara/gantung. Terakhir pada akar tumbuhan anggrek (Dendrobium sp.), yang juga merupakan modifikasi akar yaitu akar udara/akar gantung. Hal ini dikarenakan akar anggrek ini juga menggantung dan nyerap air serta gas yang ada di udara.
Setelah memahami struktur dan modifikasi akar, kami melakukan praktikum yang ketiga (kegiatan 3) mengenai perkembangan sistem akar tunggang dan sistem akar serabut. Untuk itu, kami mengamati perkembangan akar dengan menanam biji tumbuhan padi (Oryza sativa), biji tumbuhan jagung (Zea mays), biji tumbuhan kacang merah (Vigna angularis), biji tumbuhan kacang hijau (Phaseolus vulgaris), dan biji tumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea). Kami menanam pada media kapas, sehingga lebih mudah dalam mengamati perkembangan akar-akarnya dan melakukan pengamatan serta pengukuran terhadap perkembangan akar pada hari ke-2, 4, dan 6.
Pada biji tumbuhan padi (Oryza sativa) dan biji tumbuhan kacang merah (Vigna angularis) tidak mengalami pertumbuhan atau perkembangan apa-apa. Hal ini memunculkan banyak kemungkinan antara lain, jika pada biji tumbuhan padi (Oryza sativa) tidak tumbuh karena lama perendaman sebelum ditanam kurang lama. Selain itu, biji padi memiliki masa garmansi (masa perkecambahan) yang relatif lama dan kemungkinan lain adalah biji padi merupakan biji yang baru dipanen sehingga kesiapan biji untuk berkecambah kurang. Untuk biji tumbuhan kacang merah (Vigna angularis), tidak tumbuh karena mungkin kacang merah masih dalam keadaan dormansi (tidur sementara). Selain itu, karena kami membeli kacang merahnya di pasar maka dapat dikatakan penyimpanan serta kualitas dari kacang merah itu sendiri kurang baik sehingga mempengaruhi daya perkecambahannya.
Pada biji tumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea), kulit biji mulai terbuka pada hari ke-2. Pada hari ke-4 muncul radikula/akar lembaga sepanjang 1,4cm. Pada hari ke-6, radikula terus tumbuh menjadi akar pokok dan muncul cabang kecil. Kacang tanah (Arachis hypogaea) yang merupakan tumbuhan dikotil memiliki sistem perkaran tunggang menunjukkan pertumbuhan radikula yang terus tumbuh dan mengadakan percabangan hingga membentuk sistem perakaran tunggang.
Pada biji tumbuhan kacang hijau (Phaseolus vulgaris), testa mulai mengelupas dan tumbuh radikula sepanjang 1,5cm pada hari ke-2. Pada hari ke-4 radikula yang tumbuh sudah memiliki panjang 5 cm, kotiledon naik ke atas bersama dengan batang yang bertambah panjang. Pada kotiledon muncul bakal daun yang masih muda. Tumbuhan kacang hijau termasuk dalam tumbuhan dikotil dan memiliki jenis perkecambahan epigeal yang ditandai dengan naiknya kotiledon ke permukaan tanah.
Pada hari ke-6 bagian-bagian kecambah yang muncul sudah kompleks antara lain, leher akar sudah terlihat, radikula bertambah panjang sekitar 6,5cm, cabang-cabang akar keluar dari akar primer, serabut akar juga muncul pada cabang-cabang akar, testa terlepas dari kotiledon. Menurut Gembong (2009:92), jika akar lembaga tumbuh terus menerus tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok yang berasal dari akar lembaga disebut akar tunggang (radix primaria). Susunan akar yang demikian ini biasa terdapat pada tumbuhan biji belah (Dicotyledeneae) dan tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae).
Pada biji tumbuhan jagung (Zea mays), tumbuh radikula sepanjang 1,2cm pada hari ke-2. Pada hari ke 4, muncul serabut-serabut/akar-akar kecil berukuran hampir sama yang keluar dari pangkal batang yang bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan radikula. Terdapat rambut-rambut akar pada serabut akar, tetapi ukurannya sangat halus. Pada hari ke-6, akar primer berhenti berkembang dan akar-akar adventif semakin banyak. Menurut Gembong (2009:93), jika akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan bersal dari akar yang asli dinamakan akar liar. Bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (radic adventicia).
Dari praktikum ketiga (kegitan 3) dapat disimpulkan bahwa pada tumbuhan dikotil, sistem perakarannya yaitu sistem akar tunggang karena perkembangan akar lembaga /radikulanya terus tumbuh menjadi akar pokok/primer yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Sedang pada tumbuhan monokotil, sistem perakarannya yaitu sistem akar serabut karena akar lembaga/radikulanya berhenti tumbuh dan berkembang kemudian disusul sejumlah akar yang kurang lebih berukuran sama dan semuanya keluar dari pangkal batang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dibagi mejadi 2 faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan antara lain hormon, tingkat kemasakan biji, absorbansi (daya serap biji terhadap air), dan masa dormansi dari biji. Faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan antara lain suhu, oksigen, dan air.

VII.     PENUTUP
7.1         Kesimpulan
Pada kegiatan 1 dapat disimpulkan bahwa pada sistem akar tunggang terdapat bagian-bagian antara lain, leher/pangkal akar, batang akar, cabang akar, serabut akar, rambut akar, dan ujung akar. Pada sistem akar serabut terdapat bagian yang sama dengan sistem akar tunggang akan tetapi tidak memiliki akar pokok. Akar pokok yang berasal dari radikula berhenti tumbuh dan digantikan oleh akar-akar yang keluar dari pangkal akar (akar adventif) yang berukuran hampir sama. Setiap ujung akar memiliki tudung.
Pada kegiatan 2 dapat disimpulkan bahwa akar-akar dapat mengalami modifikasi sesuai dengan fungsi khususnya. Modifikasi akar antara lain, akar berbentuk tombak, akar berbentuk gasing, akar pelekat, akar pembelit, akar penghisap, akar udara, dan umbi akar.
Dari praktikum ketiga (kegitan 3) dapat disimpulkan bahwa pada tumbuhan dikotil, sistem perakarannya yaitu sistem akar tunggang karena perkembangan akar lembaga /radikulanya terus tumbuh menjadi akar pokok/primer yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Sedang pada tumbuhan monokotil, sistem perakarannya yaitu sistem akar serabut karena akar lembaga/radikulanya berhenti tumbuh dan berkembang kemudian disusul sejumlah akar yang kurang lebih berukuran sama dan semuanya keluar dari pangkal batang.
7.2         Saran
-       Diharapkan sebelum praktikum dilakukan, praktikan harus sudah mempelajari apa yang akan dipraktikumkan agar memperlancar jalannya praktikum.
-       Diharapkan praktikan membawa bahan praktikum yang sudah dalam keadaan bersih, sehingga kotoran berupa tanah tidak mengotori meja praktikum dan juga ruang laboratorium.



DAFTAR PUSTAKA
Krisdianto dan Balfas, J. 2016. Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Kayu dan Akar Gantung Beringin (Ficus benjamina Linn.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 21 (1): 13-19, April 2016.

Mistian, D., Meiriani, dan Purba,E. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang (Areca Catechu L.) terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam Giberelat (Ga3). Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 1, No. 1, Desember 2012.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Raven, P.H., Johnson, G.B., Mason, K.A., Losos, J.B., dan Singer, S.R. 2011. BIOLOGY: ninth edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Rosanti, Dewi., 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Sutedjo, Mulyadi. M., dan Kartasapoetra, Sukaryo. 1989. Tumbuhan dan organ-organ pertumbuhannya. Jakarta:Bina Aksara.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.